Arti La tahzan
La tahzan : sesungguhnya Allah bersama kita
La Tahzan adalah kata yang populer di awal tahun 2000an. Berkisah tentang bagaimana menjadikan Allah sebagai penolong dalam kesulitan yang kita hadapi. Arti kata La Tahzan adalah kata yang berasal dari salah satu ayah dalam al quran,
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَ..
“Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (Qs. At Taubah 40).
Dari ayat di atas jelas, bahwa arti la tahzan adalah jangan engkau bersedih.
Setiap manusia dibekali fitrah yang sama. Ada naluri mempertahankan diri, naluri melestarikan jenis, dan naluri beragama. Masing-masing naluri tidak bisa dihapuskan. Namun naluri ini bisa dialihkan. Kehadiran naluri-naluri tersebut tidak dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Melainkan cara menyalurkan naluri tersebut yang kelak bakal dihisab.
Merasakan kesedihan untuk menyikapi peristiwa yang bertolak belakang dengan keinginan merupakan hal lumrah. Saat menikmati kelucuan buah hati, tiba-tiba Allah mengambilnya. Maka hati akan bereaksi dengan meluahkan kesedihan. Air mata sulit berhenti mengalir, bahkan kemudian muncul perasaan tidak senang dengan takdir yang diterima. Lebih membahayakan lagi jika kemudian merasa Allah tidak adil. Astaghfirullah.
Allah padahal telah mengingatkan dalam Alquran, “Dan sungguh Kami akan memberikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutahn, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang bersabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiunn.” (QS. Al-Baqarah: 155-156).
Menerima semua ketentuan Allah yang telah terjadi dan bersiap dengan ketentuan yang akan terjadi merupakan bukti nyata beriman terhadap qadla dan qadar, baik buruknya semua datang dari Allah. Rasa sedih yang datang menyergap segenap jiwa sudah seharusnya diimbangi dengan kesadaran bahwa ketentuan Allah adalah sebaik-baiknya jalan kehidupan. Mungkin saat ini yang terlihat sebatas keburukan di mata manusia, tetapi kelak bakal dirasakan hikmah atas kejadian tersebut. Manusia diminta percaya kemudian bertawakkal terhadap cobaan ini.
Kesedihan yang meluncur dari hati yang terluka menghadapi ujian kehidupan hendaknya tidak ditangisi berlarut-larut. Namun segera kembali pada Allah, meminta petunjuk, dan terus meneguhkan hati bahwa Allah bersama orang-orang yang bersabar.
Kisah Hijrah Rasulullah di gua
Pada peristiwa hijrah, Abu Bakar As-Shiddiq radhialllahu anhu pernah merasakan ketakutan yang sangat. Ketika itu beliau bersama Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berada di gua, sembunyi dari kejaran kafir Quraisy. Beliau berdiri dengan gemetar tatkala mendengar orang berbincang persis di depan gua tempat bersembunyi.
Tiap kata yang terucap dari orang-orang tersebut membuat hati Abu Bakar berdesir. Takut bila sewaktu-waktu mereka menemukan persembunyian. Keringat dingin merembes membasahi kulit Abu Bakar.
Beliau bahkan berusah menahan napas sebab khawatir hembusannya terdengar para pengejar. Kondisi yang tidak menguntungkan itu segera disadari Abu Bakar. Beliau merapat pada Nabi Muhammad shalallahi alaihi wasallam. Nabi menenangkan ketakutan Abu Bakar, bersabda, “laa tahzan, innallaaha ma’ana (janganlah bersedih sesungguhnya Allah bersama kita)”
Bukan berarti umat Islam dilarang meluahkan kesedihan. Namun seyogyanya kesedihan atas ujian kehidupan itu membuat manusia semakin takut dan berharap hanya kepada Allah semata. Bahkan ada kalanya manusia dianjurkan bersedih dengan menangis.
- Ingat dosa
Sedikit sekali manusia yang mengingat dosa dari hari yang telah lalu. Maka beruntunglah orang yang segera menyadari kesalahan kemudian menangis bertaubat pada Allah. Dosa-dosa terhadap pengingkaran perintah dan larangan Allah masih ada kemungkinan untuk diampuni. Asal bersungguh-sungguh dan tidak mengulangi.
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pnegampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)
- Ingat akhirat
Manusia yang ingat akhirat akan merasakan sedih terhadap amal baik yang masih kurang dan amal buruk yang terus bertambah. Kesedihan ini justru akan membawa perbaikan dalam perbuatan sehari-hari. Rasa takut melanggar perintah Allah membuat manusia berhati-hati dalam bertindak. Sehingga dengan sendirinya kesedihan ingat akhirat berdampak pada peningkatan amal baik. Selain itu, Allah telah menjamin memberikan naungan pada hari kiamat.
Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah bersabda, “Tujuh macam orang yang akan dinaungi Allah pada hari yang tiada naungan selain naungannya … dan seorang yang mengingat Allah dalam kesendiriannya, lalu kedua matanya berlinangan air mata.” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Khawatir tidak menunaikan amanah
Banyak manusia yang menerima amanah menyambut dengan suka cita. Terlebih lagi jika amanah tersebut berkaitan dengan jabatan. Padahal amanah sekecil apapun bakal dimintai pertanggungjawaban. Umar bin Abdul Azis memberikan contoh nyata ketika menerima jabatan sebagai khalifah justru berurai air mata. Istri Umar pun bertanya, “Wahai suamiku, mengapa engkau menangis seperti itu?” Umar menjawab, “Sesungguhnya aku telah diangkat menjadi khalifah untuk memimpin urusan umat Nabi Muhammad. Aku sadar bahwa Allah pasti akan meminta pertanggungjawabanku atas amanah yang kupikul. Namun aku bimbang tidak sanggup memberikan bukti bahwa aku telah melaksanakan amanah ini dengan baik sehingga aku menangis.”
- Dibacakan ayat-ayat Allah
Salah satu ciri orang beriman adalah bergetar hatinya dan menangis saat dibacakan ayat-ayat Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal : 2)
Suatu ketika Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam memanggil Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu. Beliau meminta Ibnu Mas’ud untuk membacakan Alquran. Ketika Ibnu Mas’ud membaca surat An-Nisa sampai ayat 40 yang artinya, “… Lalu bagaimanakah ketika Kami datangkan saksi bagi setiap umat dna Kami jadikan engkau sebagai saksi atas mereka.” Nabi Muhammad menyuruh Ibnu Mas’ud berhenti, kedua mata Baginda Nabi mengalirkan air mata.
- Memikirkan nasib kaum muslimin
Bersedih yang diperbolehkan selanjutnya adalah menangis karena turut merasakan kesedihan yang menimpa saudara-saudara seaqidah di negara lain. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit, maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Bersedihlah jika dengan bersedih akan membuat keimanan meningkat.
sumber : https://islambina.com/arti-la-tahzan/