INFO TERBARU
  • 3 tahun yang lalu / Tes buat isi konten Tes buat isi konten Tes buat isi konten Tes buat isi konten
WAKTU :

Kisah Nabi Sulaiman as Berdakwah Ke Ratu Balqis

Terbit 12 February 2020 | Oleh : admin | Kategori : Dakwah
Kisah Nabi Sulaiman as Berdakwah Ke Ratu Balqis

Kisah Nabi Sulaiman alaihi salam diwarnai dengan berbagai mukjizat yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Nabi Sulaiman alaihi salam termasuk salah satu nabi yang dikaruniai banyak mukjizat yang dahsyat. Mukjizat ini kemudian digunakan untuk mendakwahkan tauhid, mengesakan hanya kepada Allah semata.

Silsilah nasab Nabi Sulaiman adalah Sulaiman bin Dawud bin Isya bin Uwaid keturunan Yahudza bin Ya’qub. Nabi Sulaiman sejak kecil dididik ilmu tauhid oleh sang Ayah, Nabi Dawud alaihi salam. Ketika beliau wafat, Nabi Sulaiman melanjutkan kepemimpinan di kerajaan yang ditinggalkan sang Ayah tersebut. Tak hanya kerajaan, tetapi juga Nabi Sulaiman melanjutkan dakwah Nabi Dawud.

Mukjizat Nabi Sulaiman Alaihi Salam

Dalam Alquran Allah berfirman yang artinya, “Dan sungguh, Kami telah memberikan ilmu kepada Dawud dan Sulaiman; dan keduanya berkata, “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari banyak hamba-hamba-Nya yang beriman.” (QS. An-Naml: 15).

Nabi Sulaiman juga diberikan ilmu bahasa hewan dan jin. Beliau mampu berkomunikasi dan memerintah bangsa mereka.

“Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud, dan dia (Sulaiman) berkata, “Wahai manusia! Kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu. Sungguh, (semua) ini benar-benar karunia yang nyata.” (QS. An-Naml: 16).

Bahkan Nabi Sulaiman juga mampu mengendalikan angin, seperti yang difirmankan Allah dalam Alquran yang artinya, “Dan Kami tundukkan angin bagi Sulaiman, yang perjalanan di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebagian  dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.” (QS. Saba’: 12)

Kerajaan Nabi Sulaiman dijalankan dengan aturan yang diridhoi Allah. Beliau memerintah dengan penuh kasih sayang terhadap semua rakyatnya baik dari kalangan manusia, bangsa jin, maupun hewan.

“Mereka (para jin itu) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang dikehendakinya; di antaranya (membuat ) gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring yang (besarnya) seperti kolam, dan periuk-periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah wahai keluarga Dawud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (QS. Saba’: 13).

Suatu ketika Nabi Sulaiman melakukan perjalanan bersama bala tentaranya yang terdiri dari manusia, jin, dan burung. Mereka berbaris dengan tertib siap mengikuti perintah Nabi Sulaiman. Hingga sampai di lembah semut, Nabi Sulaiman mendengar percakapan semut. Seeokor semut berkata, “Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” (QS. An-Naml: 18).

Prasangka semut  tentu saja salah. Nabi Sulaiman diberi karunia mampu memahami bahasa hewan. “Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku, dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhoi; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (QS. An-Naml: 19).

Tak hanya dengan semut, Nabi Sulaiman pun mampu bercakap dengan hewan lain, burung. Ketika persediaan air Nabi Sulaiman sudah menipis hampir habis, beliau memerintahkan burung Hud-hud untuk mencari sumber mata air. Dengan kemampuan terbang, burung Hud-hud diharapkan mampu mencari keberadaan sumber air. Sekian waktu menunggu ternyata burung Hud-hud tidak juga muncul. Nabi Sulaiman menjadi gusar.

“Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata, ‘Mengapa aku tidak melihat Hud-hud, apakah ia termasuk yang tidak hadir? Pasti akan kuhukum ia dengan hukuman yang berat atau kusembelih ia, kecuali jika ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas.” (QS. An-Naml: 20-21).

Mendengar Nabi Sulaiman marah, bala tentara yang hadir terdiam. Semuanya menutup mulut tak mampu berucap demi menghormati sang Baginda Raja. Tak lama kemudian muncul burung Hud-hud. Nampak kelelahan dari sorot matanya. Ia segera melaporkan apa yang dilihatnya sehingga menyebabkan keterlambatan bergabung dengan pasukan, “Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari negeri Saba’ membawa suatu berita yang meyakinkan.” (QS. An-Nmal: 22).

Dakwah Kepada Balqis dan Pengikutnya

Mendengar ucapan burung Hud-hud, Nabi Sulaiman menyimpan amarahnya. Beliau takzim mendengar ungkapan burung Hud-hud. Melihat Nabi Sulaiman memerhatikan ucapannya dengan serius, burung Hud-hud itu melanjutkan, “Sungguh, kudapati ada seorang perempuan yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar.” (QS. An-Naml: 23).

Bala tentara Nabi Sulaiman ikut mendengarkan, semua yang hadir penasaran dengan apa yang disampaikan burung Hud-hud. Mereka semuanya termasuk Nabi Sulaiman tidak menyangka jika ada sebuah negeri lain di luar sana.

“Aku (burung hud-hud) dapati dia dan kaumnya menyembah matahari, bukan kepada Allah; dan setan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan (buruk) mereka, sehingga menghalangi perbuatan dari jalan (Allah), maka mereka tidak mendapat petunjuk.” (QS. An-Naml: 24).

Laporan burung Hud-hud sungguh mencengangkan. Namun Nabi Sulaiman tidak begitu saja mempercayai. Bisa saja laporan itu mengada-ada sekadar alasan untuk membenarkan keterlambatan kehadiran Hud-hud bersama barisan.

“Dia (Sulaiman) berkata, ‘Akan kami lihat, apa kamu benar, atau termasuk yang berdusta.” (QS. An-Naml: 27).

Nabi Sulaiman kemudian menuliskan sebuah surat dan memberikannya kepada burung Hud-hud. Baginda Nabi berpesan, “Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka. Lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan.” (QS. An-Naml: 28).

Burung Hud-hud segera melesat pergi menuju negeri Saba’. Ia terbang dengan cepat sekuat batas maksimal kemampuannya agar segera sampai. Tepat di tengah-tengah negeri Saba’, surat Nabi Sulaiman dijatuhkan. Hud-hud dengan cepat berlalu dan bersembunyi. Dari waktu ke waktu tak henti Hud-hud memerhatikan gulungan surat itu hingga ada yang mengambilnya. Diam-diam tanpa menimbulkan kegaduhan, burung Hud-hud menjalankan misi. Menguping reaksi Balqis setelah membaca surat itu.

Isi surat Nabi Sulaiman singkat dan jelas, yaitu meminta Balqis dan seluruh penduduknya untuk, “Janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.”  (QS. An-Naml: 31).

Menaggapi surat Nabi Sulaiman, Balqis mengadakan semacam pertemuan dengan para petinggi kerajaan. “Wahai para pembesar! Berilah aku pertimbangan dalam perkaraku (ini). Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kamu hadir dalam majelis(ku).” (QS. An-Naml: 32).

Para pembesar yang hadir saling berbisik, kemudian menjawab, “Kita memiliki kekuatan dan keberanian yang luar biasa (untuk berperang), tetapi keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan.” (QS. An-Naml: 33).

Balqis khawatir jika kerajaannya jatuh pada kekuasaan Nabi Sulaiman maka penduduknya akan dihinakan, dijadikan budak, dan kekayaan mereka diambil. Kekhawatiran yang wajar dipikirkan secara masak-masak oleh seorang pemimpin seperti Balqis. Maka Balqis memutuskan mengirim utusan dengan membawa hadiah. Balqis akan menunggu apa yang akan dibawa oleh utusan tatkala kembali.

Utusan Balqis akhirnya tiba di hadapan Nabi Sulaiman. Hadiah-hadiah yang dibawanya sedikitpun tidak membuat Nabi Sulaiman berubah pikiran. Bukannya silau melihat hadiah tersebut, Nabi Sulaiman justru berkata, “Apakah kamu akan memberikan harta kepadaku? Apa yang Allah berikan kepadaku lebih baik dari apa yang Allah berikan kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu. Kembalilah kepada mereka! Sungguh, Kami pasti akan mendatangi mereka dengan bala tentara  yang mereka tidak mampu melawannya, dan akan kami usir mereka dari negeri itu (Saba’) secara terhina dan mereka akan menjadi (tawanan) yang hina dina.” (QS. An-Naml: 37).

Utusan tersebut langsung berlalu dengan rasa takut. Ancaman yang diucapkan Nabi Sulaiman begitu nyata dan mengerikan. Ia mengabarkan semua yan terjadi kepada Balqis. Sementara itu, sepeninggal utusan negeri Saba’, Nabi Sulaiman mengumpulkan para pembantunya.

“Wahai para Pembesar! Siapakah di antara kamu yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku menyerahkan diri?” (QS. An-Naml: 38).

Tak menunggu waktu lama, salah satu bala tentara Nabi Sulaiman yaitu, ‘Ifrit dalam golongan jin berkata, “Akulah ynag akan membawanya kepadamu sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu; dan sungguh, aku kuat melakukannya dan dapat dipercaya.”  (QS. An-Naml: 39).

Sungguh kesanggupan yang menakjubkan. Bagi kalangan jin, tentu hal itu sangat mudah dilakukan. Namun membawa singgana dalam waktu singkat tersebut dikalahkan kesanggupan pembesar yang lain. Menawarkan hal yang lebih luar biasa.

“Seseorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) diirnya sendiri, dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya, Mahamulia.” (QS. An-Naml: 40).

Singgasana megah Balqis benar-benar hadir di istana Nabi Sulaiman. Istana itu dipoles menjadi semakin indah atas perinah Nabi Sulaiman. Kini singgasana Balqis tampak sungguh menakjubkan.

Ketika Balqis datang memenuhi ajakan Nabi Sulaiman untuk berserah diri, ia terperanjat melihat singgasananya sudah sampai lebih dahulu. Hatinya merasa takjub dengan apa yang dilihat. Namun itu belum seberapa. Istana megah nan indah milik Nabi Sulaiman tidak ada yang menandingi masa itu. Keindahannya bahkan bisa jadi belum terlintas dalam hati manusia yang belum pernah melihatnya.

Nabi Sulaiman mempersilakan Balqis memasuki istananya. Tatakala Balqis mendapati lantainya jernih menyerupai kolam ikan, serta merta ia menyingkap penutup betisnya agar tidak basah. Nabi Sulaiman berkata, “Sesungguhnya ini hanyalah lantai istana yang dilapisi kaca.” Dia (Balqis) berkata, “Ya Tuhanku, sungguh, aku telah berbuat zalim terhadap diriku. Aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS. An-Naml: 44). Maka sejak saat itu Balqis menjadi pengikut Nabi Sulaiman.

Nabi Sulaiman Wafat

Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan menemui kematina. Begitupun dengan Nabi Sulaiman alaihi salma. Walau angin di tundukkan untuknya, menguasai bahasa jin dan hewan, tetapi kematian tidak dapat dihindari. Tidak ada yang mengetahui saat-saat akhir hidup Nabi Sulaiman. Beliau alaihi salam duduk di singgasana, mengawasi pekerjaan para pembantunya baik dari kalangan jin maupun manusia.

Dalam Alquran Allah berfirman yang artinya, “Maka ketika Kami telah menetapkan kematian atasnya (Sulaiman), tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka ketika dia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa sekiranya mereka mengetahui yang ghaib, tentu mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.” (QS. Saba’: 14).

Demikianlah kisah Nabi Sulaiman, nabi yang dikaruniai banyak mukijizat. Jika Nabi lain diuji dengan kesengsaraan hidup, penyakit, penguasa yang zalim, maka Nabi Sulaiman justru sebaliknya. Beliau diuji dengan berlimpahnya kekuasaan dan kenikmatan dunia. Namun semua itu tidak memalingkan sedikitpun hati Nabi Sulaiamn dari perkara akhirat. Semoga kita mampu mengambil hikmah dari perjalanan hidup dan dakwah Nabi Sulaiman. 

SebelumnyaDuhai Jiwa Jika Tak Terbunuh Kau Akan Mati Juga SesudahnyaImam Besar Masjidil Haram dari Indonesia

Berita Lainnya

0 Komentar